TENJOLAYAR – Minggu (11/06/2017) dipinggir jalan tepatnya di Blok Langensari Desa Tenjolayar Kecamatan Cigasong Kabupaten Majalengka , orang bergerombol melihat seorang petani yang sedang menyiram tanaman bawang. Istilah caduk di kalangan petani setempat sudah tidak asing lagi yaitu sebuah alat yang terbuat dari anyaman bambu yang memakai gagang dipergunakan untuk mengangkat air menyiram tanaman bawang.
Air merupakan hal terpenting yang dapat menjadi faktor pembatas dalam usaha tani. Air penting karena dapat melarutkan dan membawa makanan yang diperlukan bagi tumbuhan dari dalam tanah . Selama ini pengairan pada tanaman bawang merah atau tanaman holtikutura lainnya dilakukan secara konvesional yaitu melalui sitem leb dan penyiraman dengan alat buatan sederhana seperti gayung buatan yang menurut petani setempat menyebutnya “Caduk”.
Yusup Maolana (24) anak sulung dari Japar Nuroni (58) ,warga Blok Langensari RT 14 RW 07 Desa Tenjolayar, melihat orang tuanya yang bekerja merawat tanaman bawang merah apalagi disaat menyiram menginfirasi untuk menyumbangkan ilmunya hasil kuliah di Fakultas Tehnik ,Universitas Majalengka lulusan tahun 2016 ,memodifikasi mesin pompa air yang menggunakan bahan bakar campuran untuk dijadikan alat penyiram tanaman bawangnya dari yang menggunakan alat Caduk sederhana menjadi pakai mesin sehingga dia menyebutnya “Caduk Mesin” yang kegunaannya untuk mengangkat air dari parit tanaman bawang untuk menyiram.
Modivikasi alat sederhana ini sebagai reaksi dari semakin berkurangnya tenaga kerja pertanian dan untuk lebih mengefisienkan usaha taninya. Caduk Mesin ini sendiri untuk di wilayah desa ini terbilang langka sehingga orang yang lewat merasa penasaran dan ingin melihat cara kerja Caduk Mesin . (Di2)
Keren. Smoga meningkatkan produktivitas bawang di Tenjolayar.
Amiiiiin
Aya keneh kitu alat na
Masih ada Pa Tata Supriatna di pemiliknya.
Wah praktis sekali yah.
salam kenal kang Didi…
mantappp…